Awal mula berdirinya organisasi ini tidak begitu jelas, karna saya sendiri bukan anggota awal.
sekitar tahun 2005-an, berawal dari sekelompok anak muda yang hidupnya susah tapi pengen happy terus. Sebut saja Wak Ten, Joko, Sekonjek, Po’o, Kuceng, dan Konyok. Mereka rutin kumpul dirumah Wak Ten untuk menjalankan aktivitas keorganisasian. Khusus untuk Wak Ten dan Joko, mereka adalah mantan anggota organisasi ROZIKIN BERSATU.
Sekitar pertengahan tahun 2006, masuklah anggota baru yaitu Menyok dan saya sendiri. Selang sebulan
kami memutuskan untuk pindah markas ke "CANGKROK KEMPLONG" yang
lokasinya tidak begitu jauh dari markas yang lama. Dan di Cangkrok Kemplong inilah kami merekrut anggota
baru yaitu Boyex. Tak berlangsung lama kami
menempati Cangkrok Kemplong, karna disebabkan Cangkrok Kemplong bukanlah
milik kami, melainkan milik organisasi lain. Kami pun kembali ke markas
lama yaitu di rumah Wak Ten, dan kami pun kedatangan anggota baru yaitu
Choir dan Dondon. Kami semua sepakat memberi nama
organisasi ini WTC (Wak Ten Community), alasan kami menggunakan nama itu
karna kami bermarkas dirumah Wak Ten.
Desember tahun 2007,
dimana saat organisasi ini Berjaya. Di desa Brengkok di bangun stasiun
radio yang bernama RDB (Radio Desa Brengkok) yang pada saat itu bung
Yasmui dan bung Haji Qomsin ditunjuk sebagai
penyiar. nah… dari sinilah kami mulai mempertimbangkan nama MIFC, karna
banyaknya salam dari radio yang di tujukan kepada mbak Ina (adik Wak
Ten), dan sejak itulah kami menggunakan nama MIFC (Mbak Ina Fans Club),
dengan nama MIFC kami banyak merekrut anggota baru yang tidak bisa kami
sebutkan satu persatu. Begitupun sebaliknya tak jarang anggota MIFC yang
keluar dan berpaling ke organisasi lain. Seperti saat konflik tak
berujung antara Joko dengan Sekonjek, karna kami tidak ingin ada
pertumpahan darah, maka kami meminta salah satu dari mereka untuk keluar
dari MIFC, dan akhirnya Sekonjek memilih untuk keluar.
Pada
tahun 2009, ketika Wak Ten memutuskan untuk mengikuti Study (kursus
bahasa inggris) di Pare, Kediri. Organisasi MIFC hampir bubar,
dikarnakan kurangnya waktu untuk berkumpul. Dengan segala keterbatasan
kami berpindah markas ke Gowah Bridge (jembatan Gowah) yang berada di
timur rumah Wak Ten. Meskipun yang kumpul hanya 3-4 orang, kami tetap
menjaga agar MIFC tidak bubar. Dan selang beberapa bulan setelah Wak Ten
selesai dengan studinya, MIFC kembali ke markas yang lama (rumah Wak
Ten) dan aktivitasnya kembali normal.
Pada mei 2010, ketika sang
pemilik rumah (ibunya Wak Ten) pulang dari Malaysia. Kami memutuskan
vakum, karna ketiadaan tempat untuk melangsungkan aktivitas
keorganisasian. Namun tak berselang lama, tepatnya pada Juni 2010, kami
mendapatkan markas baru yaitu di rumah mas Amin Ndombek ( tepatnya di
timur Rumah anggota MIFC, Dondon ). Selama kurang lebih 2 bulan kami
bermarkas disana. Namun pada pertengahan agustus 2010, kami resmi vakum,
dan pada saat itu kami tidak tahu sampai kapan harus vakum. Ini
merupakan masa-masa terburuk organisasi ini.
Desember 2010, ini
merupakan era baru bagi organisasi MIFC. Dimana kami mendapatkan markas
baru yaitu di rumah salah satu anggota MIFC yaitu Choir. Pada awal di
markas ini kami sudah resmi meninggalkan nama MIFC, dan ingin berganti
nama, namun dikarenakan belum menemukan nama yang cocok utk nama
organisasi, maka kami terpaksa menggunakan nama jalan markas kami yaitu,
Jl. PEREMPATAN SUMUR POJOK NO. 69.
Agustus 2012, dalam suasana
Ramadhan kami mendaki puncak Semiget (gunung Moyoruti, 3184 MDPL) dan
membuat video pengibaran dan penurunan bendera sang saka merah putih,
dan saat video di aplod di youtube ternyata banyak respon positif dari
netizen. Dan pada bulan ini juga seperti ada dorongan pada diri kami
untuk ikut memeriahkan HUT RI Ke-67 di BrengkokCity, rapat demi rapat
pun dilalui dan akhirnya kami memutuskan untuk ikut Karnaval Perdana,
dengan Mengusung Tema pendidikan - SDLB PUTRA 69 - dengan tagline,
"Keterbatasan bukan menjadi halangan bagi kita untuk menjadi generasi
penerus bangsa". Dan karnaval perdana pun sukses besar.
Nah, setelah karnaval ini kami memutuskan untuk memberi nama Organisasi ini menjadi "PUTRA 69" merujuk kepada SDLB Putra 69. Sebernarnya pada tahun ini ada wacana membuat kaos dan logo PUTRA 69, namun gagal di tengah jalan.
Nah, setelah karnaval ini kami memutuskan untuk memberi nama Organisasi ini menjadi "PUTRA 69" merujuk kepada SDLB Putra 69. Sebernarnya pada tahun ini ada wacana membuat kaos dan logo PUTRA 69, namun gagal di tengah jalan.
Januari 2013, kami melakukan Tour PUTRA Perdana yaitu ke Air Terjun
Nglirip, Montong, Tuban. Namun sayang sekali pas sampai di sana air
terjunnya keruh, karna pas musim hujan, kami pun memutuskan untuk
menikmati pemandangan sawah si sekitar air terjun.
Agustus 2013,
di bulan ini PUTRA 69, kembali ikut memeriahkan HUT RI ke-68, dengan
mengusung tema karnaval "Sunatan Massal" yg diselenggarakan YAYASAN
PUTRA 69, dengan tagline "segerakan sunat sebelum berkarat", cukup
sukses. Sedangkan saat mengikuti Gerak Jalan, PUTRA 69 mengusung tema
BORONGAN NYEMPROT. sangat sukses.
Januari 2014, PUTRA 69 TOUR
kembali berlanjut, kali ini Pantai Sowan, Bancar, Tuban, yang menjadi
sasaran untuk dinikmati keindahannya.
Agustus 2014, PUTRA 69
semakin mempertegas partisipasinya dalam memeriahkan HUT RI ke-69, kali
ini terasa amat spesial karna punya angka akhiran sama sama 69. Pada
awalnya kami ingin menyuguhkan sesuatu yg berbeda dari sebelum2nya.
Yaitu dengan mengangkat tema nasionalisme - NEGARA KESATUAN REPUBLIK 69 -
tapi pada akhirnya karnaval ini tidak sukses.
2015, pada bulan
Januari PUTRA 69 kembali menggelar TOUR dalam rangka tahun baru, kali
ini sasarannya adalah PACET, MOJOKERTO. Yang katanya disana byk sekali
objek wisata yg patut dikunjungi. Ya... memang bagus pemandangannya,
tapi sayang kami tidak bisa menikmatinya karna ada kesalahan teknis.
Pada bulan Maret 2015 PUTRA 69 TOUR 2015 Part II kembali digelar, kali
ini kota Gudeg Jogja sebagai incarannya. Sekaligus untuk pertama kali
PUTRA 69 menggelar Tour 2 kali dalam sertahun.
Mei 2015, anggota
PUTRA 69 dan sekaligus tuan rumah yaitu Choir, menikah di bulan itu.
PUTRA 69 pun mempertimbangkan untuk pindah Markas. Karna merasa gak
enak, Salah satu opsinya yaitu dirumah Jembrok.
Namun setelah rapat, Choir pun meyakinkan PUTRA 69 utk tetap di markas itu, Choir sekaligus memberi amanat kepada sang adik Cak Nun sebagai juru kunci sekaligus tuan rumah PUTRA 69.
Agustus 2015, seperti biasanya, PUTRA 69 selalu ikut memeriahkan
kemerdekaan indonesia, dalam HUT RI Ke 70 ini PUTRA 69 mengikuti 3 acara
sekaligus, Tongklek, Gerak Jalan "Mandi 3 kali sehari", Karnaval
"Punokawan", semuanya alhamdulillah sukses.
Cukup sampai disini
cerita saya tentang sejarah berdirinya PUTRA 69, namanya juga hidup
kadang diatas kadang di bawah, begitu juga PUTRA 69 ini, ada saatnya
jaya, ada saatnya terpuruk.
Semoga makin kompak dan semangat dalam berorganisasi. Meski kini anggota PUTRA 69 lebih sibuk dari 10 tahun yang lalu.
Ingat, PUTRA 69 tak melulu soal karnaval, gerak jalan atau tour, tapi ada yang lebih dari itu.
Facebook : PUTRA 69